FISIOLOGI TERNAK

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Growth factor adalah hormon-seperti polypeptida dan protein, utamanya paracrine dan autocrine dalam aktivitas mengembangkan mitogenic pada proliferasi dan pembentukkan jaringan lokal, contohnya perubahan bentuk folikel pada ovarium menjadi corpus luteum. Faktor pertumbuhan (growth factor) adalah ligan yang adalah protein. Ligan (protein) ini berikatan dengan reseptor atau enzim terkait reseptor pada permukaan sel yang menyebabkan bermacam-macam respon seluler seperti proliferasi diferensiasi, survival dan angiogenesis.
            Suatu agent yang mengembangkan melipatgandakan dan atau mengembangkan berbagai tipe dari sel, growth factor syaraf, insulin like growth factor 1 (IGF-1), avtivin dan inhibin, dan epidermal growth factor (EGF).
Cytokines, diproduksi oleh macrophag dan lymphocyte, penting pada pengaturan sistem kekebalan.
            Growth factor memperoleh respons selular oleh pengikatan dengan sel spesifik, permukaan reseptor pada target jaringan. Faktor pertumbuhan (GF) yang mempengaruhi sel antara lain: Epidermal Growth Factor (EGF), Platelet-Derived Growth Factor (PDGF), Fibroblast Growth Factors (FGFs) , Inhibin dan activin , Transforming Growth Factors-b (TGFs-b), Transforming Growth Factor-a (TGF-a), Erythropoietin (Epo), Insulin-Like Growth Factor-I (IGF-I), dan Insulin-Like Growth Factor-II (IGF-II)

1.2 Rumusan  Masalah
            Dari  latar  belakang  di  atas  diperoleh  rumusan  masalah  sebagai  berikut:
1.    Apa itu  growth  factor  ?
2.    Bagaimana  mekanisme  kerja  growth  factor ?

1.3 Tujuan
            Tujuan  Penulisan  penulisan  makalah  ini  adalah:
1.    Mengetahui apa itu  growth  factor  .
2.    Mengetahui  mekanisme  keja  growth  factor .
BAB II
PEMBAHASAN

 2.1    Pengertian Growth Factor
            Growth factor didefinisikan berdasarkan kemampuannya untuk merangsang stimulasi target sel dalam memperbanyak, dan aktivitas ini diukur oleh assay yang mengukur peningkatan populasi sel atau inkorporasi thymidine yang dilabel kedalam DNA yang ditentukan. Growth factor adalah hormon-seperti polypeptida dan protein, utamanya paracrine dan autocrine dalam aktivitas mengembangkan mitogenic pada proliferasi dan pembentukkan jaringan lokal, contohnya perubahan bentuk folikel pada ovarium menjadi corpus luteum. Faktor pertumbuhan (growth factor) adalah ligan yang adalah protein. Ligan (protein) ini berikatan dengan reseptor atau enzim terkait reseptor pada permukaan sel yang menyebabkan bermacam-macam respon seluler seperti proliferasi diferensiasi, survival dan angiogenesis.
            Suatu agent yang mengembangkan melipatgandakan dan atau mengembangkan berbagai tipe dari sel, growth factor syaraf, insulin like growth factor 1 (IGF-1), avtivin dan inhibin, dan epidermal growth factor (EGF).
Cytokines, diproduksi oleh macrophag dan lymphocyte, penting pada pengaturan sistem kekebalan. Colony stimulating factor (CGF) yang mengatur perkembangbiakan/proliferasi  dan pendewasaan darah merah dan putih.


2.2       Mekanisme Kerja Growt  Factor
            Growth factor memperoleh respons selular oleh pengikatan dengan sel spesifik, permukaan reseptor pada target jaringan. Polypeptida growth factor mengatur proliferasi pada banyak tipe sel serta mengatur pertumbuhan saluran reproduksi. Faktor-faktor ini mempunyai range yang besar dari tipe sel yang mengekspresikan reseptor growth factor yang tepat.

2.3 Macam – Macam Growth  Factor
            Faktor pertumbuhan (GF) yang mempengaruhi sel antara lain: Epidermal Growth Factor (EGF), Platelet-Derived Growth Factor (PDGF), Fibroblast Growth Factors (FGFs), Transforming Growth Factors-b (TGFs-b), Transforming Growth Factor-a (TGF-a), Erythropoietin (Epo), Insulin-Like Growth Factor-I (IGF-I), dan Insulin-Like Growth Factor-II (IGF-II). Growth factor tersebut berikatan secara spesifik dengan reseptor yang terdapat pada membran dan melakukan transduksi sinyal yang berbeda pula. Growth factor sebagian besar berperan untuk memicu siklus sel dan menghambat apoptosis, yaitu seperti yang disebut di atas kecuali TGF β, dimana TGF β mengaktifkan beberapa protein penghambat sintesis cyclin D, sehingga terjadi penghambatan siklus sel.
            Eksitasi siklus sel oleh GF banyak terjadi pada fase G1 yang merupakan fase yang paling responsive terhadap lingkungan eksternal hingga mencapai restriction point. Epidermal Growth Factor (EGF) sebagai salah satu GF berperan memicu siklus sel dan menghambat apoptosis. EGF adalah faktor pertumbuhan yang terdapat pada kelenjar submaksilari dan bruneri yang berperan dalam memacu proliferasi sel mesenkim, glia dan epitel.
    
2.3.1 Epidermal Growth Factor (EGF)
            Epidermis  Growth Factor (EGF) adalah polypeptida yang mempunyai kekuatan mitogenic pada beberapa tipe sel in vivo dan in vitro. Faktor ini diisolasi dari kelenjar submaxillary tikus, urine manusia dah penghasil lainnya.
Mekanisme EGF dalam memicu siklus sel dan menghambat apoptosis adalah sebagai berikut:
            1. EGF secara spesifik menempel pada reseptor EGF. Interaksi ini menyebabkan sisi katalitik domain kinase reseptor EGF akan mengalami autofosforilasi sehingga mengaktifkan protein signal intraseluler, yaitu PLCϒ (Phospholipase-C-Gamma1) yang memiliki domain SH2 (Src Homology-2). Phospholipase-C-Gamma1 yang aktif akan memecah fosfatidilinositol 4,5 bifosfat (PIP2) membentuk DAG (1,2 Diasilgliserida) dan IP3 (Inositol trifosfat) yang merupakan second messenger. Inositol trifosfat akan membuka kanal-kanal Ca2+ di reticulum endoplasma yang menyebabkan keluarnya Ca2+ dan selanjutnya mengaktifkan PKC (protein kinase C). Protein kinase C yang aktif akan memfosforilasi komponen-komponen lain yang berperan dalam proses transkripsi untuk membentuk beberapa protoonkogen. DAG pada sisi lain mengaktifkan PKC (Protein Kinase-C) yang kemudian memfosforilasi IKK (I-Kappa B-Kinase). IKK selanjutnya akan memfosforilasi NF-ҡB (Nuclear Factor-Kappa B) sebagai faktor transkripsi siklin D. Protoonkogen yang terbentuk sebagai hasil aktivasi second messenger IP3 tersebut akan mengaktifkan siklin D. Siklin D selanjutnya akan membentuk kompleks dengan Cdk 4/6 dan memfosforilasi protein retinoblastoma (pRB) sehingga E2F aktif sebagai faktor transkripsi siklin E. Terbentuknya siklin E menunjukkan sel berhasil melewati restriction point dan masuk fase S. Setiap sel yang berhasil masuk fase S tidak akan dapat kembali ke G1, atau dapat dikatakan harus menyelesaikan siklusnya hingga pembelahan (mitotic) lengkap. Hal ini menunjukkan EGF sebagai faktor pertumbuhan dapat memicu siklus sel.

            2. Interaksi EGF dan reseptor EGF menyebabkan terjadinya transduksi signal yang mengkatalisis fosforilasi PIP2 (fosfatidilinositol 4,5 bifosfat) menjadi PIP3 (fosfatidilinositol 3,4,5 trifosfat). PIP3 kemudian mengaktifkan PDK-1 (phosphoinositide-dependent kinase-1) dan selanjutnya memfosforilasi Akt yang kemudian menjadi aktif. Akt yang aktif menyebabkan pengaktifan terhadap beberapa komponen antara lain: BAD/BclXL (Bcl2 related protein long isoform) yang menyebabkan sel survive. Akt juga mengaktifkan IKK dan mengaktifkan NF-ĸB yang bertanggung jawab pada transkripsi gen antiapoptosis. Pada sisi lain akt juga memfosforilasi MDM2 (seperti pada gambar 1) sehingga menjadi aktif dan membentuk kompleks dengan p53. Pembentukan kompleks ini akan dikenali oleh proteosom dan selanjutnya diubikuitinasi akibatnya p53 yang berperan dalam pembentukan faktor transkripsi p21 sebagai inhibitor siklin D tidak dapat menjalankan fungsinya, dengan demikian apoptosis tidak terjadi.
Mekanisme di atas hanya sebagian kecil jalur EGF (EGF pathway) karena sesungguhnya ketika terbentuk EGF-EGFR pada membran plasma, domain kinase akan mengaktifkan beberapa protein sinyal intraseluler sehingga terjadi banyak jalur transduksi sinyal. Demikian juga pada GF lainnya.

2.3.2  Fibroblast Growth Factor (FGF)
             Aslinya diisolasi dari pituitary sapi, adalah polypeptida, termasuk angiogenic (contoh, simulir pertumbuhan pembuluh darah) sebaik seperti mitogenic. Sintesis FGF di ovarium menstimulir sel-sel luteal sapi tetapi menunda differensiasi sel-sel granulosa sapi yang dikultur.                                           

            Dalam jaringan normal, faktor pertumbuhan fibroblast dasar hadir dalam membran dasar dan matriks ekstraselular subendotelial pembuluh darah. Ini tetap membran-terikat selama ada sinyal peptida.
            Telah dihipotesiskan bahwa, selama kedua penyembuhan luka jaringan normal dan perkembangan tumor, aksi heparan sulfat menurunkan enzim mengaktifkan bFGF, sehingga mediasi pembentukan pembuluh darah baru, sebuah proses yang dikenal sebagai angiogenesis.
            Selain itu, disintesis dan disekresi oleh adiposit manusia dan konsentrasi bFGF berkorelasi dengan BMI dalam sampel darah. Dalam penelitian ini, bFGF juga terbukti bertindak atas preosteoblas - dalam bentuk peningkatan proliferasi -. Setelah mengikat pertumbuhan fibroblast reseptor faktor 1 dan mengaktifkan phosphoinositide 3-kinase bFGF telah ditunjukkan dalam studi hewan awal untuk melindungi jantung dari cedera yang berhubungan dengan serangan jantung, mengurangi kematian jaringan dan mempromosikan peningkatan fungsi setelah reperfusi.
            Bukti terbaru menunjukkan bahwa rendahnya tingkat FGF2 memainkan peran kunci dalam kejadian kecemasan yang berlebihan.
            Selain itu, bFGF adalah komponen penting dari media kultur sel induk embrionik manusia; faktor pertumbuhan diperlukan untuk sel tetap dalam keadaan dibeda-bedakan, meskipun mekanisme yang hal ini didefinisikan buruk. Telah terbukti menyebabkan ekspresi gremlin yang pada gilirannya diketahui menghambat induksi diferensiasi oleh protein morphogenetic tulang.
                                               
 2.3.3 Inhibin dan Activin
            Inhibin dan activin adalah paracrine dan autocrine penting pengatur FSH dan LH. Struktur, penghasil, dan kerjanya telah didiskusikan sebelumnya.



2.3.4 Insulin dan Insulin-Like Growth Factor (IGFs)
            IGFs atau somatomedin adalah  polypeptida growth factor yang disekresi oleh hati dan beberapa jaringan yang direspons oleh growth hormon. IGF-1 dan IGF-II adalah rantai tunggal polypeptida dengan struktur homologi ke proinsulin. Mereka mengatur proliferasi dan differensiasi beberapa tipe sel dan mendesak insulin-like metabolic effect. Tidak seperti insulin, banyak tissue memproduksi IGFs. IGFs mempunyai kapasitas untuk bekerja melalui endokrin sebaik mekanisme autocrine dan atau paracrine.
            Faktor-faktor yang diduga menyebabkan variasi dalam tingkat GH dan IGF-1 dalam sirkulasi meliputi genetik make-up individu, waktu hari, usia, jenis kelamin, status olahraga, tingkat stres, tingkat gizi, indeks massa tubuh (BMI ), keadaan penyakit, ras, status estrogen, dan asupan xenobiotik.
            IGF-I memiliki keterlibatan dalam mengatur perkembangan saraf termasuk neurogenesis, mielinisasi, synaptogenesis, dan dendritik percabangan dan pelindung saraf setelah kerusakan saraf. Peningkatan kadar serum IGF-I pada anak-anak telah dikaitkan dengan IQ yang lebih tinggi.
            IGF-I membentuk perkembangan koklea melalui pengendalian apoptosis. Defisit dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Tingkat serum juga mendasari korelasi antara tinggi pendek dan mengurangi kemampuan pendengaran terutama di sekitar 3-5 tahun, dan pada usia 18 (akhir pubertas).

2.3.5  Interferon (IFNs)
            Internefron     adalah suatu group protein yang mulai diidentifikasi karena kemampuannya melindungi sel-sel melawan virus penyebab infeksi. Terdapat sekurang-kurangnya tiga kelas:  a, b dan g. IFNs a dan b disintesis sebagai respons atas infeksi virus sedang IFN-g diproduksi di dalam lymphocyte T setelah stimulasi mitogenic dan antigenic.
           
                        The molecular structure of human interferon-alpha


 2 .3.6 Nerve Growth Factor (NGF)
            NGF adalah suatu growth factor protein yang diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan syaraf-syaraf simpatik. Faktor pertumbuhan saraf (NGF) adalah protein yang disekresikan kecil yang penting untuk pertumbuhan, pemeliharaan, dan kelangsungan hidup neuron sasaran tertentu (sel saraf). Hal ini juga berfungsi sebagai molekul sinyal.  Hal ini mungkin faktor pertumbuhan prototipe, dalam hal ini adalah salah satu yang pertama yang akan dijelaskan. Sementara "faktor pertumbuhan saraf" mengacu pada faktor tunggal, "faktor pertumbuhan saraf" mengacu pada keluarga faktor juga dikenal sebagai neurotrophins.
             Anggota lain dari keluarga neurotrophin yang dikenal dengan baik termasuk Otak-Berasal neurotrophic Factor (BDNF), Neurotrophin-3 (NT-3), dan Neurotrophin 4/5 (NT-4/5).

2.3.7  Platelet-Activating Factor (PAF)
            PAF injus range PAF adalah suatu mediator potent phospholipid yang diproduksi oleh beberapa tipe sel: neutrophils, macrophages, sel-sel endothelial dan pra-imlantasi embrio.     PAF injus range  yang luas dari respons fisiologi dan farmakologi yang meliputi proses reproduksi, platelet agregasi, anaphylaxix, dan permeabiliti vascular. PAF, diproduksi oleh sperma meningkatkan motiliti sperma dan IVF selama inkubasi sperma dan sel telur.

2.3.8 Platelet-Derived Growth Factor (PDGF)
            PDGF merupakan suatu polypeptida diproduksi oleh platelet, macrophages, dan sel-sel endothelial. Poten sebagai mitogen pada urat daging licin pada vascular (pembuluh darah), dan membantu penyembuhan luka. PDFG juga meningkatkan stimulasi FSH terhadap produksi progestin.
            Struktur utama dari reseptor untuk platelet-derived growth factor (PDGF), ditentukan dengan cara kloning cDNA yang mengkode murine pra-PDGF reseptor, berkaitan erat dengan yang dari v-kit produk onkogen dan reseptor untuk koloni makrofag stimulating factor (CSF-1). Fitur struktural umum meliputi kehadiran urutan panjang yang mengganggu domain kinase protein-tirosin spesifik dari setiap molekul. The PDGF dan-CSF 1 reseptor juga berbagi distribusi karakteristik residu sistein ekstraseluler. Ubiquitin secara kovalen terikat pada reseptor PDGF dimurnikan, gen manusia yang pada kromosom 5.
            Mekanisme PDGF : Reseptor untuk PDGF, PDGFR diklasifikasikan sebagai kinase tirosin reseptor (RTK), jenis reseptor permukaan sel. Dua jenis PDGFRs telah diidentifikasi: alpha-jenis dan beta-jenis PDGFRs Jenis alpha mengikat PDGF-AA, PDGF-BB dan PDGF-AB, sedangkan tipe beta PDGFR mengikat dengan afinitas tinggi untuk PDGF-BB. dan PDGF-AB PDGF mengikat PDGFRs ligan mengikat saku yang terletak di dalam domain imunoglobulin kedua dan ketiga. Setelah aktivasi oleh PDGF, reseptor-reseptor ini dimerise, dan "diaktifkan" dengan auto-fosforilasi beberapa situs di domain sitosolik mereka, yang berfungsi untuk memediasi pengikatan kofaktor dan kemudian mengaktifkan sinyal transduksi, misalnya, melalui jalur PI3K atau melalui spesies oksigen reaktif (ROS) aktivasi -dimediasi dari jalur STAT3.
            Efek Hilir ini termasuk regulasi ekspresi gen dan siklus sel. Peran PI3K telah diteliti oleh beberapa laboratorium. Mengumpulkan data yang menunjukkan bahwa, sementara molekul ini, secara umum, bagian dari kompleks sinyal pertumbuhan, memainkan peran yang lebih besar dalam mengendalikan migrasi sel. Para isoform ligan yang berbeda memiliki afinitas variabel untuk isoform reseptor, dan isoform reseptor mungkin variabel membentuk dimer hetero- atau homo. Hal ini menyebabkan spesifisitas sinyal hilir.
            Telah terbukti bahwa onkogen sis berasal dari gen PDGF B-rantai. PDGF-BB adalah ligan tertinggi afinitas untuk PDGFR-beta; PDGFR-beta adalah penanda kunci aktivasi sel stellata hati dalam proses fibrogenesis.

2.3.9 Relaxin-Like Factor (RLF)
            RLF adalah anggota baru dari famili insulin/insulin-like growth factor, yang timbul sebagai ekspresi utama di dalam sel-sel Leydig dari testes. Juga diproduksi di Ovarium dari sejumlah spesies pada sel-sel theca folikel dan pada CL dan CL kebuntingan (36). RLF mungkin berfungsi sebagai sustitusi pada relaxin sapi.
            The relaxin seperti faktor (RLF), yang merupakan produk dari faktor insulin-seperti 3 (INSL3) gen, adalah beredar peptida hormon baru dari keluarga relaxin-insulin. Pada mamalia jantan, itu adalah produk sekresi utama dari sel Leydig testis, di mana tampaknya dinyatakan konstitutif tetapi dengan cara yang tergantung diferensiasi. Dalam testis dewasa, ekspresi RLF adalah penanda yang baik untuk sepenuhnya dibedakan dewasa-jenis sel Leydig, tetapi hanya lemah disajikan dalam prapubertas sel Leydig belum dewasa atau sel Leydig yang telah menjadi hipertrofik atau diubah.
            Hal ini juga merupakan produk penting dari janin populasi sel Leydig, di mana ia telah dibuktikan menggunakan tikus knockout bertanggung jawab untuk tahap kedua dari penurunan testis yang bekerja pada gubernaculum tersebut. Tikus INSL3 knockout yang kriptorkismus, dan kriptorkismus estrogen-diinduksi, tingkat RLF di testis berkurang secara signifikan.
            RLF juga dibuat dalam jaringan perempuan, khususnya di sel teka folikel folikel antral kecil dan dalam korpus luteum dari siklus dan kehamilan. The ruminansia ovarium memiliki tingkat yang sangat tinggi dari ekspresi RLF, dan analisis budaya utama sel teka-lutein ovarium menunjukkan bahwa, seperti dalam testis, ekspresi mungkin konstitutif tapi tergantung diferensiasi. Tikus INSL3 KO perempuan telah mengubah siklus estrus, di mana RLF mungkin terlibat dalam pemilihan folikel, ide sangat didukung oleh pengamatan pada folikel sekunder sapi. Baru-baru ini, sebuah novel 7-transmembran reseptor domain (LGR8 atau besar) telah sementara diidentifikasi sebagai reseptor RLF, dan penghapusan dalam tikus mengarah juga ke kriptorkismus.

2.3.10  Transforming Growth Factor (TGF)
            TGFa sangat berhubungan dekat dengan EGF, mengikat pada reseptor EGF dan mempunyai pengarug yang sama. TGFb diproduksi di dalam sel-sel granulosa dan sel-sel theca dan oocyte.
            Fungsi dari TGF adalah Protein ini awalnya ditandai dengan kapasitas mereka untuk mendorong transformasi onkogenik dalam sistem kultur sel tertentu, fibroblas tikus ginjal. Penerapan faktor pertumbuhan transformasi ke fibroblas tikus ginjal yang normal menginduksi sel-sel berbudaya untuk berkembang biak dan tumbuh terlalu cepat, tidak lagi tunduk pada penghambatan yang normal yang disebabkan oleh kontak antara sel-sel.
                                                                                       
2.3.11  Tumor Necrosis Factor (TNF)
            TNFa mempunyai hubungan tradisional dengan inflammation, tetapi beberapa laporan menggambarkan fungsi potensial TNF pada saluran betina. TNF mempengaruhi perkembangan gamet, perubahan siklus dalam uterus, kanker pada saluran reproduksi betina, pendewasaan placenta, dan perkembangan embrio.









TNF (Tumor Necrosis Factor) family
Trimeric structure of TNF alpha, produced byMus musculus, based on PDB structure 2TNF (1.4 Å Resolution). Different colors represent different monomers. Baeyens, KJ et al. (1999).[1] Figure rendered using FirstGlance Jmol.


2.3.12   Vascular Endothelia Growth Factor (VEGF)
             Organ reproduksi pada betina memperlihatkan pola, pertumbuhan secara periodik dan regresi, disertai oleh persamaan dan perubahan yang menyolok pada tingkat aliran darah. Beberapa jaringan dewasa yakni angiogenesis terjadi sebagai proses yang normal. Folikel pada ovarium dan CL memproduksi angiogenic faktor. Angiogenic faktor ini timbul menjadi ikatan dengan hati dan menjadi famili fibroblast growth factor (FGF) dan vascular endotelial growth factor (VEGF) dari protein. VEGF didemonstrasi sebagai yang pertama pada CL sapi dan kemudian pada CL kambing. Perubahan siklus berhubungan dengan formasi dan regresi CL dihubungkan dengan formasi dari pembuluh darah baru, angiogenesis.
            Mekansme kerja dari VEGF :
Semua anggota keluarga VEGF merangsang respon seluler dengan mengikat reseptor tirosin kinase (yang VEGFRs) pada permukaan sel, menyebabkan mereka untuk berdimerisasi dan menjadi aktif melalui transfosforilasi, meskipun situs yang berbeda, kali, dan extent. Reseptor VEGF memiliki bagian ekstraseluler terdiri dari 7 imunoglobulin-seperti domain, transmembran tunggal daerah mencakup, dan bagian intraseluler berisi domain tirosin-kinase split. VEGF-A mengikat VEGFR-1 (FLT-1) dan VEGFR-2 (KDR / FLK-1). VEGFR-2 muncul untuk menengahi hampir semua respon seluler yang diketahui VEGF. Fungsi VEGFR-1 kurang terdefinisi dengan baik, meskipun diperkirakan memodulasi VEGFR-2 sinyal.

                                   
             
            Fungsi lain dari VEGFR-1 mungkin bertindak sebagai boneka / reseptor umpan, eksekusi VEGF dari VEGFR-2 mengikat (ini tampaknya menjadi sangat penting selama vasculogenesis dalam embrio). VEGF-C dan VEGF-D, namun tidak VEGF-A, merupakan ligan untuk reseptor ketiga (VEGFR-3 / Flt4), yang menengahi lymphangiogenesis. Reseptor (VEGFR3) adalah situs pengikatan ligan utama (VEGFC dan VEGFD), yang menengahi tindakan abadi dan fungsi ligan pada sel target.
            Endotel vaskular faktor pertumbuhan-C dapat merangsang lymphangiogenesis (via VEGFR3) dan angiogenesis melalui VEGFR2. Pertumbuhan endotel vaskular faktor-R3 telah terdeteksi dalam sel endotel limfatik di CL dari banyak spesies, sapi, kerbau dan primata.

  2.4 Hubungan  Growth Factor dan Reproduksi
            Telah diketahui bahwa FSH dan LH mengatur fungsi ovarium dan testes. Namun sulit untuk menjelaskan proses reproduksi seperti folliculogenesis, seleksi terhadap folikel-folikel yang ovulasi dan yang atretik, serta pendewasaan oocyte semata-mata oleh perubahan kadar gonadotropin. Pada dekade lalu, perhatian langsung pada kerja dari faktor yang diproduksi secara lokal oleh mekanisme autocrine atau paracrine yang dapat mengatur respons dari target sel terhadap FSH dan LH. Agent autocrine dan paracrine ini mungkin mempengaruhi perubahan sensivitas atau responsivitas pada FSH dan LH baik stimulasi maupun penghambatan. Tabel 1. memperlihatkan daftar beberapa growth factor yang berhubungan dengan reproduksi pada ternak.

Tabel 1. Dugaan Pengaturan Autocrine dan Paracrine Terhadap Fungsi
                          Reproduksi Ternak

Pengatur
Fungsi prinsip
EGF (epidermal growth factor)
Menstimulasi pertumbuhan kembali epitel setelah gangguan pada permukaan ovarium saat ovulasi
ECG-I like peptides
Pertumbuhan dan perkembangan uterus neonatal; hubungan peptide-peptide ini dengan kerja estrogen belum diketahui
FGF (fibroblast growth factor)
Protein 10.000 Dalton ini menstimulasi proliferasi (perkembangbiakan) berbagai tipe sel yang diperlukan bagi implantasi blastocyst dan perkembangan embrio
GHRH (Growth Hormone Releasing Hormone)
Mengatur kerja GHRH pada fungsi gonadal, tergantung pada FSH
Secara lokal membentuk GFR menggunakan kerja sinergi selama pendewasaan folikel ovarium
GM-CSF (granulocyte-macro-phage colony-stimulating factor)
Disekresi oleh sel-sel placenta, sebagai autocrine di dalam sel-sel tertentu dari placenta fetal
Suatu cytokine penting yang melayani sebagai dasar bagi interaksi antara sistem kekebalan maternal dan jaringan-jaringan reproduksi selama kebuntingan pada mammalian
IFN (Interferon)
Cytokine kompleks yang mempengaruhi sel-sel sistem kekebalan pada ovine dan bovine
Cocseptus memproduksi IFN sebagai faktor sekresi utama sebelum implantasi
IGF (insulin growth factor)
Memainkan suatu peranan pada awal kebuntingan ruminansia
Disintesis endometrium dan mensekresi 4 IGF
EGF testicular memainkan peran dalam pengaturan pembagian spermatogonial dan produksi IGF-I testicular distimulasi oleh retinol tanpa perubahan siklus dalam IGF-I testicular
Intrafollicular growth factor
Mengatur steroidogenesis pada sel-sel granulosa dalam folikel-folilek besar ovarium melalui aktivitas aromatase
PAF (platelet-activating factor)
Phospholipid yang disekresi oleh blastocyst manusia, suatu autocrine growth factor, diperlukan pada implantasi
PAF melakukan fungsi antiluteolytic dan luteotropic selama kebuntingan
PDGF (platelet-derivate growth factor)
Memajukan penetasan dan hasil pertumbuhan blastocyst setelah microinjection in vitro dari anti PDGF antibodi ke dalam lumen uterus
Relaxin
Suatu polypeptide, secara struktur berhubungan dekat dengan insulin dan insulin-like growtrh factor, disintesis dan disekresi oleh corpus lurteum
TNF (tumor necrosis factor)
Secara immunohistochemical berada di ovarium: sel-sel granulosa dari antral folikel
Meningkatkan produksi progesteron theca dan menghambat FSH basal dan FSH-stimulated progesteron pada sel-sel granulosa
TNF dan hCG meningkatkan sekresi progesteron diatas dosis maksimal dari hCG




2.4.1  Pengatur Intra-ovarian
            Folikel pada ovarium mengalami perkembangan sel dengan cepat selama awal pertumbuhan, rupanya bebas dari sirkulasi gonadotropin. Mungkin agent autocrine dan paracrine ovarium mengatur dimulainya pertumbuhan folikel.
Banyak growth factor dan cytokine mengubah responsivitas dari sel-sel theca pada LH dan sel-sel granulosa terhadap LH dan FSH secara in vitro. Termasuk activin, inhibin, IGF-1, EGF, FGF, TGF-α dan TGF-β, TNFα, interleukin=1, interferon-γ dan endothelin. Namun kerja dari hanya sedikit dari faktor-faktor tersebut yang telah didemonstrasi in vivo.
            Pada tahun 1995, Campbell melakukan test growth factor in vivo dengan infus intra-arterial pada kambing yang mendapat transplantasi ovarium. Mereka mendapatkan EFG, TGF-α, dasar FGF, inhibin dan steroid bebas pada cairan folikel menghambat fungsi ovarium, sementara IGF-1 menstimulir sekresi hormon.
Rupanya, kontrol terhadap perkembangan dan seleksi folikel yang akan ovulasi (ovulatry follicle) terjadi pada tiga level :
1.    Gonadotropin mempengaruhi dimulainya perkembangan folikel
2.    Ovulatory follicle memproduksi growth factor yang menekan perkembangan folike-folikel lainnya melalui mekanisme gonadotropin-dependent.
3.    Faktor didalam ovulatory follicle , mengatur kerja gonadotropin.
            Dalam respek ini, inhibin dan activin potensial dalam pengaturan intra-     ovarium. Di dalam ovarium, subunit peptida dari inhibin dan activin          nampaknya sebagai pengatur perkembangan.

2..4.2  Implantasi dan Kebuntingan
            Growth factor sebagai perantara perkembangan sel, perubahan, perpindahan dan penyerbuan (invasion) selama perkembangan praimplantasi, implantasi dan fase berikutnya dari kebungtingan. Pada kambing, produksi utama dari praimplantasi blastocyte adalah ovine trophoblast protein-1 (oTP-1) yang kini diklasifikasikan sebagai δ-interferon (IFN). Trophoblast interferon yang sama, bovine trophoblast protein-1 (bTP-1) atau IFNr, adalah produk pengeluaran dari conceptus bovine. Secara in vivo, interferon ini memerpanjang siklus estrus melalui antiluteolysis efek dari uterus (PGF).


2.4.3  Awal Embrio
             Beberapa growth factor menyebabkan implantasi blastocyst. PDGF, suatu glycoprotein (berat molekul 30.000 dalton) membantu pertumbuhan serum-dependent sel (Table 3-6). PDGF normalnya dibatasi pada kerja autocrine dan paracrine. PDGF disekresi oleh blastocyst manusia dan berada dalam sekresi uterin. Growth factor pada zygote, morula dan blastocyst termasuk transforming growth factor (TGFB1), transforming growth factor-α (TGFF-α), IGF (IGFII), PDGF, dan interleuke6 (IL-6). Growth factor lain dan hubungan isoform yang tidak direkam oleh morula dan blastocyst termasuk IGF-1, epidermal growth factor (EGF), dan nerve growth factor (NGF).

2.4.4  Kontraksi Uterin
             Reseptor PDGF dan insulin mempunyai efek yang sangat besar pada sel-sel endometrial dan myometrial oleh stimulasi dari perkembangan sel-sel tersebut. PDGF melepaskan asam arachidonic dan selanjutnya merubahnya menjadi prostaglandin, PGFmenstimulir kontraksi uterus.

2.4.5   Fungsi sel-sel Leydig
             Peranan inhibin dan protein tidak dibatasi pada pengaturan pituitary LH. Protein-protein ini kini dikenal sebagai growth dan perbedaan faktor dan pada testes mereka mengatur fungsi sel-sel epithelial dan sel-sel interstitial. Pada rodent dan babi, inhibin dan activin adalah pengatur  paracrine dari steroidogenesis dengan jalan mengatur signal LH. Activin mempunyai peranan yang berarti dalam perkembangan sel-sel Leydig pada testes fetus dan pada saat pubertas, yakni activin (like TGF).


2.4.6  Endogenous opioid peptide (EOP)
             Sepertinya berperan dalam pengaturan autocrine dan paracrine pada steroidogenesis sel-sel Leydig dan partisipasi dalam.kontrol intratesticular dari permeabilitas pembuluh darah. (-endorphin berada di dalam testicular interstitial fluid (TIF), di dalam konsentrasi banyak kali lebih tinggi dibanding yang ditemukan pada plasma.

BAB  III
PENUTUP

3.1   Kesimpulan
           Growth factor adalah hormon-seperti polypeptida dan protein, utamanya paracrine dan autocrine dalam aktivitas mengembangkan mitogenic pada proliferasi dan pembentukkan jaringan lokal, contohnya perubahan bentuk folikel pada ovarium menjadi corpus luteum.
           Growth factor memperoleh respons selular oleh pengikatan dengan sel spesifik, permukaan reseptor pada target jaringan. Polypeptida growth factor mengatur proliferasi pada banyak tipe sel serta mengatur pertumbuhan saluran reproduksi. Faktor-faktor ini mempunyai range yang besar dari tipe sel yang mengekspresikan reseptor growth factor yang tepat.
           Faktor pertumbuhan (GF) yang mempengaruhi sel antara lain: Epidermal Growth Factor (EGF),activin  dan  inhibitin, Platelet-Derived Growth Factor (PDGF), Fibroblast Growth Factors (FGFs), Transforming Growth Factors-b (TGFs-b), Transforming Growth Factor-a (TGF-a), Erythropoietin (Epo), Insulin-Like Growth Factor-I (IGF-I), dan Insulin-Like   SGrowth Factor-II (IGF-II).   
           

3.2   Saran
           Sebagai  Makhluk  yang lemah  tentu  memiliki  kelemahan  atau  kekurangan  dalam  penulisan  makalah  ini .Sehingga  Penulis   berharap  kepada  pembaca  teristimewa  buat  Ibu  Dosen  Pembimbing  agar  memberikan  kritikan dan  masukan  yang  sifatnya  membangun  guna  perbaikan   penulisan  pada  tugas – tugas selanjutnya .







DAFTAR  PUSTAKA


Hafez, E.S.E. 2000. Reproduction in Farm Animals. Ed. Ke–8. Lera & Febiger. USA.

http://en.wikipedia.org/wiki/Transforming_growth_factor(di anbil  pada  14 Maret  2015)

http://en.wikipedia.org/wiki/Tumor_necrosis_factors (di   ambil  pada  14 Maret 2015)


 http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12193374(di ambil pada  14 Maret  2015)

https://www.google.com/search?q=Vascular+Endothelia+Growth+Factor+(VEGF)&oq=Vascular+Endothelia+Growth+Factor+(VEGF)&aqs=chrome..69i57.3354j0j4&sourceid=chrome&es_sm=93&ie=UTF-8 (di ambil pada  14 Maret  2015)




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Praktikum Mata Kuliah Tata Laksana Pastura

LAPORAN PRAKTIKUM TERNAK POTONG DAN KERJA

Penyusunan Ransum